Minggu, 29 Mei 2016

Rara Anggraeni: Asmaradana Panjalu - Janggala

ORDER DISINI
ORDER VIA BUKA LAPAK


Rara Anggraeni: Asmaradana Panjalu - Janggala
Damar Shashangka
@all right reserved
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang
Penyunting: Damaika Saktiani
Desain Cover: Sugeng
Tata Letak: Yoels
Rara Anggraeni: Asmaradana Panjalu - Janggala
Damar Shashangka, - Cet. 1 - Yogyakarta: Narasi, 2016, 14,5 x 21 cm; 488 hlm
ISBN (10) 979-168-491-X
ISBN (13) 978-979-168-491-0
Stok : 4
Kondisi : Baru.
Harga Diskon : Rp 75.000 (blm ongkir)
Harga Normal : Rp 88.000.
Stok : 4
Rara Anggraeni
Asmaradahana Panjalu Janggala.

Semenjak ditaklukkannya Janggala oleh pasukan Daha dibawah kepemimpinan Syri Naranatha Prabhu Jayabhaya pada Saka Warsa 1057, pembersihan besar-besaran pun terjadi. Seluruh anak keturunan dari Mapanji Garasakan yang selama ini menguasai Janggala disingkirkan sepenuh-penuhnya. Daha berkuasa atas tanah Jawa. Bahkan kekuasaannya melebar hingga mencapai Jambi dan Slat Hujung Mdini. Pada masa itu teriakan Panjalu Jayanti berkumandang gegap gempita. Namun, kemenangan tersebut bukanlah jaminan bagi Daha menjadi aman. Pertikaian berdarah-darah masih saja terus terjadi. Bahkan menantu Syri Naranatha Prabhu Jayabhaya, Mapanji Astradharma tewas karenanya.

Karena ketidaknyamanan yang menghinggapi bathin Dyah Ayu Pramesthi, setelah kematian suaminya, Mapanji Astradharma, maka hak atas tanta Daha yang seharusnya jatuh kepadanya ditinggalkan. Dirinya memilih untuk mengasingkan diri ke puncak Gunung Kapucangan, mendirikan pashraman dan menjadi seorang pertapa wanita dengan mengambil gelar Ajar Dewi Kili Suci Anom. Tahta Daha lantas dilimpahkan kepada adik kandungnya, Mapanji Aryesywara atau Mapanji Lmbu Amrdadu. Kelak jika Mapanji Lmbu Amrdadu telah lengser dari tahta, maka yang berhak menggantikannya adalah putri sulungnya, Dyah Ayu Sasi Kirana. Kini Mapanji Aryesywara diangkat sebagai Sang Rake Hino Daha, putra mahkota yang kelak akan menggantikan Syri Naranatha Prabhu Jayabhaya ketika lengser keprabhon.

Wilayah Janggala sendiri dipasrahkan kepada Prabhu Sarwesywara atau Prabhu Lmbu Amiluhur, putra ke tiga Syri Naranatha Prabhu Jayabhaya. Diam-diam penguasa baru Janggala ini mengingini tahta Daha kelak diduduki oleh putra sulungnya, Rahadyan Kuda Rawisrngga. Dikirimkannya utusan yang dipimpin oleh Rakryan Kanuruhan Kudanawarsa untuk mengajukan pinangan terhadap Dyah Ayu Sasi Kirana ke Daha. Pinangan diterima dengan baik. Namun ketika balik dari Daha, Rahadyan Kuda Rawisrngga terpikat kecantikan Rara Anggraeni, putri dari Rakryan Kanuruhan Kudanawarsa. Masalah muncul ketika Rakryan Kanuruhan Kudanawarsa tidak mengingini putrinya hanya sekedar dijadikan slir belaka. Putrinya harus dijadikan seorang paramesywari.

Keruwetan bertambah-tambah ketika Rakryan Kanuruhan Kudanawarsa menggulirkan rencana untuk membatalkan perjodohan antara Rahadyan Kuda Rawisrngga dengan Dyah Ayu Sasi Kirana. Tahta Daha tetap harus bisa diduduki oleh Rahadyan Kuda Rawisrngga dengan Rara Anggraeni sebagai paramesywari. Dan tahta Daha harus direbut dengan jalan peperangan! Muslihat dan tipu daya pun ditebarkan. Keadaan semakin memanas ketika pasukan Janggala lama yang dulu tersingkir dari Kadhaton Janggala, diam-diam ikut mendukung rencana Rakryan Kanuruhan Kudanawarsa! Novel berdasarkan kisah-kisah Panji ini menjadi lebih hidup dan menggairahkan dalam garapan tangan dingin Damar Shashangka.

ORDER DISINI
ORDER VIA BUKA LAPAK
Rp 75.000,00
Tidak ada komentar :

Tidak ada komentar :

Posting Komentar